Memprihatinkan, SDN 4 Tamalatea Jeneponto Bertahun-tahun Rusak Parah Tak Kunjung dapat Perhatian

    Memprihatinkan, SDN 4 Tamalatea Jeneponto Bertahun-tahun Rusak Parah Tak Kunjung dapat Perhatian
    Salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan sangat memprihatinkan. Pasalnya, SDN 14 Tamalatea yang berada di ujung perkampungan Kelurahan Tamanroya, itu sudah bertahun-tahun rusak parah namun tak kunjung dapat perhatian dari pemerintah/dinas terkait.

    JENEPONTO, SULSEL - Salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan sangat memprihatinkan. Pasalnya, SDN 4 Tamalatea yang terletak di ujung perkampungan Kelurahan Tamanroya, itu sudah bertahun-tahun rusak parah namun tak kunjung dapat perhatian dari pemerintah/dinas terkait.

    Hal tersebut dapat dibuktikan dari kondisi sejumlah ruangan kelas yang rusak parah pada bagian plafon yang dapat mengancam keselamatan siswa dan tenaga pendidik (guru).

    Kerusakan parah juga terlihat pada beberapa tiang bangunan sekolah yang mengalami keretakan dan temboknya terlepas hingga tulang/besi kelihatan.

    Bahkan, sarana dan prasarana di sekolah tersebut sangat tidak memadai. Mulai dari mobilernya pembuangan kotoran untuk siswa-siswi juga tidak ada dan lain-lain.

    Tak banyak hal yang mampu diperbuat oleh pihak sekolah, terkecuali menunggu uluran bantuan dari pemerintah, DPRD serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera menggelontorkan anggaran rehabilitasi bangunan ruang kelas, pembangunan pagar, dan sanitasi pembuangan sekolah yang sudah bertahun-tahun tidak lagi dapat difungsikan.

    Kepala Sekolah SDN 4 Tamalatea, H. Saharuddin mengaku sejak kurang lebih satu tahun di tempatkan di SDN 4 Tamalatea kondisinya sudah demikian parah dan sangat memprihatinkan. 

    "Saya tanya kepada guru-guru kenapa sekolah ini kondisinya parah sekali. Jawaban guru selama ini memang pak sekolah ini tidak pernah tersentuh bantuan rehab ataupun lainnya, " kata Saharuddin menirunya.

    Sehingga, Saharuddin berpendapat bahwa sekolah tersebut memang tidak diperhatikan. Faktanya dari 30 Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Tamalatea, hanya SDN 4 Tamalatea paling parah.

    Dengan kondisi sekolah yang begitu parah. Menurut dia, sangat mempengaruhi minat orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang ia pimpim sekarang.

    Ia mengaku awal pertama masuk menjabat sebagai Kepala Sekolah jumlah siswanya sebanyak 115 orang. Namun di tahun berikutnya berkurang dan terus berkurang.

    "Itu mi saya koordinasi ke dinas terkait. Tapi saya disuruh perbaiki dapodik dan itu saya sudah berupaya memperbaikinya tetapi sampai saat ini tidak ada tindak lanjutnya dan hanya dijanji, " katanya.

    Padahal, kata Saharuddin, Kasi Sarpras Disdikbud Kabupaten sudah pernah turun melihat langsung kondisi sekolah ini.

    Upaya untuk mengajukan perbaikan sekolah sudah berkali-kali dilakukan, namun belum membuahkan hasil yang signifikan. Dinas terkait seolah abai terhadap nasib ratusan anak yang merindukan ruang belajar yang layak.

    "Kami sudah berulang kali mengajukan permohonan, tapi belum ada jawaban yang pasti, " ujarnya.

    Besar harapan Saharuddin, pihak pemerintah/dinas tekait memberikan perhatian khusus agar SDN 4 Tamalatea enak dipandang mata. Baik dari tampak luar maupun di dalam sekolah

    "Terus terang, orang tua siswa pernah bilang ke saya, ini ibarat mobil penumpang pak, sudah peok atau kondisinya rusak tidak mungkin saya mau naik, " cuitannya.

    Diperparah lagi, ketika hujan anak-anak tidak bisa belajar karena air hujan masuk ke dalam ruangan sekolah sampai teredam lantaran atap seng bocor dan tidak ada lagi ruang untuk di tempati belajar.

    "Apalagi di lingkungan sekolah ini rawan banjir. Biar itu banjir kecil-kecil saja teredam ji ini sekolah, " tutupnya.

    Di balik kondisi sekolah yang memprihatinkan, tersimpan mimpi besar anak-anak Sembalun. Mereka ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tua. Namun, mimpi itu terasa begitu jauh saat fasilitas belajar mereka sangat terbatas.

    Mereka punya potensi yang luar biasa, tapi bagaimana mereka bisa berkembang jika fasilitas belajarnya tidak mendukung. (*) 

    Muh. Andhi Syam

    Muh. Andhi Syam

    Artikel Sebelumnya

    Proses Sortir dan Pelipatan Surat Suara...

    Artikel Berikutnya

    1.200 Relawan Dozer Bergerak Massif Siap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVny Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    KPU Jeneponto Gelar Simulasi Putungsura Pilkada 2024, Ini Tujuannya
    Astama Ops Kapolri Tinjau Posko Kemanusiaan Polda NTT, Pastikan Kesiapan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
    Ketum Bhayangkari Juliati Sigit Prabowo Hibur Pengungsi Korban Erupsi Gunung Lewotobi

    Ikuti Kami